Rabu, 27 November 2013

Resensi Novel Blitz - Rudiyan



Judul buku : Blitz
Pengarang : Rudiyan
Penerbit : Solusi PublishingTahun terbit : 2009
Cetakan : Pertama
Halaman : IV+284 halaman
Ukuran buku : 13x19 cm

Rudiyant adalah seorang penulis yang belum terkenal jauh namanya.
Dia menulis novel berawal dari keikutsertaannya dalam lomba menulis yang diadakan oleh toko buku terkemuka. Dia hanya ingin coba-coba, tapi kecoba-cobaannya itu membawakan hasil yang memuaskan karena dia berhasil mendapatkan juara 2. Dengan juara 2-nya, dia ingin menulis sebuah novel awalnya. Dia berhasil menulis novel “Sabda Cinta” yang bergenre religi. Keberhasilannya dalam membuat novel pertamanya, dia melanjutkannya dengan novel kedua. Pada tahun 2002, dia mulai menulis novel yang berjudul “Blitz” yang akan saya resensi kali ini.
Blitz adalah novel yang menceritakan sekelompok anak SMU yang melakukan pendakian di Gunung Perawan. Mereka berjumlah 8 orang dan berpasangan masing-masing. Cerita mengandung mistis yang mengerikan dan tidak masuk di akal sehat. Ada sebuah kota mati di tengah hutan belantara yang masih dalam keadaan yang cukup baik. Di kota tersebut pun terdapat jalan rel kereta api yang masih bagus. Tiba-tiba di jalan raya kota mati muncul sebuah truk yang sangat kencang dan kereta api yang muncul natah darimana asalnya. Mungkin bagi kebnyakaan orang tak percaya dengan keadaan seperti itu. Dengan keadaan seperti dapat membawa novel ini menjadi menarik dan menegangkan bagi para pembaca yang masih memiliki pola pikir yang mengandung mistis.
Sayangnya, di novel ini pada awal cerita kuarang menarik, tak ada yang mengejutkan. Ceritanya terlalu monoton dan datar. Tapi, kekurangan novel ini masih tertutupi oleh keunggulan yang dijelaskan tadi. Novel ini mengambil alur maju sehingga pembaca menjadi tertantang dan keingintahuan cerita selanjutnya. Konflik yang terjadi pun semakin tegang dan mengerikan. Konflik ini terjadi antara Subhi, sang pemimpin rombongan dengan Robby, anak yang keluarganya paling kaya dari rombongan mereka.

Ceritanya berawal dari villa tempat mereka memakirkan mobil mereka. Setelah setengah kemudian, mereka bersiap-siap untuk melakukan pendakian. Mereka adalah Subhi, Nuria, Robby, Viola, Erick, Rani, Zakih dan Safira. Subhi langsung memimpin rombongan pendakian. Subhi yang sering melakukan pendakian ini, memiliki tugas untuk membuka jalan bagi rombongan tersebut. Mereka semua adalah sahabat baik dari SMP. Setelah berjalan cukup jauh, mereka baru setengah jalan menuju puncak gunung. Waktu sudah menunjukkan tengah hari, mereka istirhat sejenak dan makan siang. Rani sang kekasih Erick menyiapkan makanan buat kekasihnya dan juga semua cewek juga memasak tuk mereka semua. Setelah semua mengisi energi dan sudah fit untuk melakukan pendakian lagi. Rombongan tersebut melanjutkan lagi pendakian. Dengan cukup lama pendakian dan waktu semakin senja, tiba-tiba mereka semua mendengar suara yang mendatangi mereka. Mereka tak tau suara apa itu yang mendatangi mereka. Suara tersebut semakin mendekat dan yang muncul itu ternyata seekor srigala. Mereka sangat ketakutan, Subhi yang berda didepan yang hanya memegang sebuah golok pun tak bisa berbuat banyak. Tiba-tiba suara pistol muncul dari rombongan tersebut. Ternyata, suara pistol itu datang dari Robby. Subhi dan lainnya tekejut dengan Robby yang membawa pistol. Semua marah sama Robby, dalam aturan pendakian ini dilarang membawa senjata seperti pistol. Robby malah berkata,”dalam keadaan sulit, kiata berhak melanggar aturan demi keselamatan”. Dari situ muncul konflik awal antara Robby dengan Subhi yang tak menghargai Subhi sebagai pimpinan jalan.
Setelah kejadian itu, mereka melanjutkan perjalanan sampai malam pun tiba. Akhirnya mereka tiba di puncak Gunung Perawan setelah melakukan pendakian yang cukup melelahkan. Dalam kebiasaan pendakian yang mereka lakukan selama ini, Rani, Viola, Nuria dan Viola menyiapkan dapur dan makan malam bagi rombongan. Zakih dan Erick menyiapkan tenda, sedangkan Subhi dan Robby mencari kayu baker. Tapi pada pendakian ini, Robby tidak mau ikut dengan Subhi untu mencari kayu baker. Robby ingin mendirikan tenda. Setelah itu, Subhi pergi bersama Erick, sedangkan Robby dan Zakih mendirikan tenda. Lima belas menit kemudian,Subhi dan Erick telah kembali ke rombongan dan mendapatkan kayu yang sangat banyak. Setelah tenda di pasang, Robby menghampiri Viola di dapur. Subhi dan yang lainnya menghidupkan api unggun dan bermain gitar. Tiba-tiba muncul seorang yang gayanya seperti penduduk desa, namanya Badhun. Badhun menghampiri dan berkata “aku mencari barangku”. Semua terdiam dan bingung. Ternyata dia mencari kayunya yang diambil oleh Subhi dan Erick tadi. Badhun mengaku kalau semua kayu disini miliknya. Erick pun membayar 50 ribu untuk jaminan kayunya. Robby muncul dari arah dapur dan ingin mengusir Badhun. Terjadi lah perdebatan antara Robby dan Badhun. Badhun memberi tahu kepada Robby kalau kalian itu tamu dan aku penduduk sini. Lalu, Badhun berkata,”api kecil itu kawan, sedangkan api besar itu musuh”. Setelah itu, Badhun pergi dan Robby kembali ke dapur dan yang lainnya kembali ke api unggun. Terdengar suara ledakan dari arah dapur dan jeritan yang keras. Subhi dan lainnya menghampiri suara ledakan tersebut, ternyata gas meledak dan membakar seluruh wajah Robby. Semua panic dan segera menolong Robby. Robby langsung dibawa ke dalam tenda dan di perban. Subhi selaku pimpinan rombongan, ingin besok langsung kembali turun karean kondisi Robby yang tak memungkinkan lagi.
Keesokan paginya, Zakih dan Safira menikmati indahnya matahari terbit untuk kenang-kenangan mereka. Menyusul Erick dan Rani juga. Mereka pun sarapan dengan seadanya saja, karena gasnya telah meledak. Setelah sarapan mereka segera turun dari puncak agar Robby cepat mendapat bantuan medis. Rombongan tersebut melakukan perjalanan pulang. Tak lama jalan, ada persimpangan jalan yang datangnya tak ada. Subhi memilih jalan ke kanan. Ternyata jalan yang dipilihnya salah dan membawa rombongan ke sebuah air terjun. Terjadilah konflik antara Subhi dan Robby dengan menuduh Subhi memperlambat jalan agar Robby tak segera mendapat bantuan medis. Padahal itu tak benar, Subhi merasa bersalah dan meminta maaf kepada Robby tapi Robby tak memaafkan Subhi. Mereka memutuskan akan bermalam di sini, mereka mendirikan tenda dan suasana hening dan kaku. Semua cewek tidur di tenda dan Robby tidur di tenda yang satu lagi. Sedangkan cowok yang lain tidur di dekat api unggun. Semua tertidur pulas.
Hari selanjutnya tiba, waktu subuh yang gelap, Safira terbangun dan dia memegang perutnya. Dia segera ke sungai, sementara daerah sekitar sungai tersebut ada harimau. Safira tetap ke sungai sendirian. Pagi harinya, semua terbangun dan melihat Safira tidak ada di tenda lagi. Semua panic dan segera mencari Safira. Ternyata Safira hilang ntah kemana. Robby menylahkan Subhi atas kejadian ini, Zakih pun ikut menyalahkan Subhi. Subhi merasa terpojok dan dia diam tanpa berkata sedikit pun. Setelah keadaan tenang, mereka memutuskan untuk kembali ke persimpangan semula. Berjalan cukup jauh, malah membawa rombongan ke bibir jurang. Tiba-tiba Badhun muncul di dekat mereka dan mengingatkan supaya tidak bermain dekat jurang, nanti kecemplung. Viola yang memegang pisau dapur ingin membunuh pacarnya sendiri, Robby. Viola menuduh Robby penyebab masalah ini. Viola tidak jadi menusuk Robby, malah dia tercemplung ke dasar jurang. Semua terkejut dengan kejadian ini dan merasa terpukul. Mereka meminta bantuan kepda Badhun untuk mengantar mereka ke kaki gunung dengan bayaran. Badhun menerima itu dan dia memimpin perjalanan pulang. Badhun mengingatkan supaya tidak melihat ke belakang selama perjalanan berlangsung. Dalam perjalanan, Zakih tak sengaja mendengar suara Safira dan dia terhenti di jalan, tertinggal dengan rombongan yang lain. Subhi terkejut melihat Zakih tidak bersama mereka lagi dan dia segea mencari Zakih dalam waktu sejam. Subhi mencari Zakih, ternyata dia tidak ketemu Zakih malah melihat seorang cewek dengan busana yang sudah compang camping. Ternyata cewek tersebut adalah Viola. Viola yang masih hidup itu adalah mayat hidup dan Subhi ketakutan dan kembali menyusul rombongan.
Subhi telah tiba di rombongan dan menceritakan apa yang di lihatnya tadi. Erick, Rani, Nuria dan Robby tak percaya dengan Subhi. Badhun menjelaskan apa yang terjadi dan tetap mereka tak percaya. Mereka tinggal ber-5 setelah Safira, Viola dan Zakih telah pergi. Badhun membawa mereka ke jalan pintas yaitu melewati kota mati. Di kota mati terdapat bangunan yang masih utuh tapi tak berpenghuni. Badhun mengingatkan mereka supaya melihat langkah dan jalan di pinggir. Tapi, Nuria tak menghiraukan ucapan Badhun. Tiba-tiba muncul truk dengan kecepatan tinggi dari belakang dan menabrak Nuria. Truk tersebut tetap jalan kencang dan Nuria pun tewas. Subhi merasa terpukul atas kejadian yang menimpa pacarnya itu. Mereka terus melakukan perjalanan dan meninggalkan Nuria. Perjalanan berikutnya mereka melihat Safira tergantung di tiang dengan mata melotot dan lidah keluar. Semua terkejut, Rani yang tak menyangka melihat sahabatnya itu tewas mengenaskan. Mereka lanjut jalan lagi, tapi Rani menoleh ke belakang melihat Safira. Tiba-tiba Safira senyum kepada Rani., dan Rani ketakutan. Mereka lanjut jalan dan mereka melihat jalan rel kereta api. Robby tak percaya dengan omongan Badhun, dan dia duduk di rel. Muncul kereta api dari kejauhan, Robby segera bangkit dan tragisnya kakinya tersangkut di rel. Tak ada yang bisa menolongnya, dia tergilas oleh kereta api dan darahnya muncrat ke tubuh Subhi dan Erick.
Perjalanan pendakian ini adalah yang terburuk bagi mereka, yang perginya 8 orang. Pulangnya malah cuman bertiga. Dalam perjalanan mereka bertiga dan bersama Badhun, kamera Erick telah kembali dan Rani memotret Subhi dan Badhun. Yang tertangkap kamera hanya Subhi saja, Rani sangat ketakutan. Rani segera memberitahu Erick dan Subhi bahwa Badhun itu adalah mayat hidup. Mereka khawatir mau dibawa kemana mereka sama Badhun. Mereka berencana kabur dengan menyuruh Badhun untuk mengambil air minum di sumber air terdekat. Setelah kembali, Badhun terkejut bahwa 3 kelinci mangsanya telah kabur. Erick, Rani dan Subhi terus berlari menuju pintu gerbang tadi, dan melihat Zakih selamat. Mereka jadi berempat. Sesampai di depan pintu gerbang, tiba-tiba gerbang tersebut terkunci oleh kekuatan gaib. Mayat hidup muncul di belakang mereka berempat, untuk menyeret mereka untuk bergabung dengan mayat hidup. Di mayat hidup tersebut terdapat Nuria, Robby , Viola dan Safira. Nuria menggangu Subhi dan mengajak bergabung. Subhi tak kuasa melihat Nuria dan Nuria menarik Subhi ke kerumunan mayat hidup dan menghabisi Subhi, serta menggigit Subhi sampai tewas. Zakih, Erick dan Rani terus berlari walaupun Rani dan Erick harus berjibaku melewati ranting pohon. Akhirnya, mereka telah tiba di bawah dekat persawahan. Tiba-tiba Zakih menyuruh Rani dan Erick pulang sedangkan dia telah menjadi keluarga dari Gunung Perawan. Erick dan Rani tidak percaya apa yang telah terjadi pada kawan-kawannya. Baduh adalah orang yang bertanggung jawab atas semua ini, dia telah membawa para pendaki hanyut dalam kesesatan. Dari perginya mereka berdelapan, akhirnya yang selamat hanya dua orang yaitu, Erick dan Rani.
Begitulah isi novel Blitz, novel tentang hantu yang muncul karena blitz. Blitz yang muncul akibat dari kamera digital Erick telah membangkitkan semua hantu di Gunung Perawan. Para hantu akan kembali ke dalam gunung apabila mereka mendengar suara petir. Itulah kenapa ada hantu dan nama buku ini “blitz”.
Cerita ini sangat menarik bukan ? Menegangkan di akhir ceritanya. Rudyant telah menyiapkan novel ini dengan sangat bagus. Pembaca dapat merasakan ketegangan dan ketakutan yang tinggi. Alur ceritanya yang nyambung dan jelas dapat membawa cerita yang sangat bagus untuk dibaca.
Sayangnya, di novel ini dalam penulisannya masih banyak kata-kata yang kurang jelas ketikannya. Sehingga dapat membawa pembaca kebingungan. Ada huruf yang hilang dan kapital yang tak ada. Tapi, menurut saya novel sudah sangat bagus untuk dibaca bagi para maniak horror. Segera baca novel ini, di jamin seru dan nikmati ketegangan yang terjadi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;